Gerakan payung di Hong Kong: Dari kekhawatiran ekonomi hingga penolakan atas materialisme

Stephan Ortmann

Pada akhir September 2014, ribuan orang mulai menduduki jalan-jalan utama di Hong Kong dan bertahan selama lebih dari dua bulan. Para peserta protes mengikuti seruan dari gerakan `Occupy Central with Love and Peace` (Duduki pusat dengan cinta dan damai), yang telah mengancam dengan ketidakpatuhan sipil jika demokrasi yang sebenarnya diingkari. Ini terjadi pada 31 Agustus ketika komite tetap dari Kongres Nasional Rakyat Tiongkok mengeluarkan keputusan yang bersifat membatasi pelaksanaan hak umum warga dalam memilih kepala pemerintahan Hong Kong (dikenal sebagai “Ketua Eksekutif”). 1Akhirnya, para pelajar memulai blokade jalan-jalan setelah aksi perlawanan berlangsung selama satu minggu penuh. Ketika para peserta protes damai dihadang dengan gas air mata, puluhan ribu penduduk Hong Kong terdorong untuk turun ke jalan-jalan untuk memprotes kekerasan yang berlebihan terhadap para pelajar dan penggiat yang lain. Karena para peserta protes telah melindungi diri mereka dengan payung-payung, gerakan tersebut menjadi dikenal sebagai gerakan payung. Sementara letusan dari kegiatan protes yang berapi-api ini dipengaruhi oleh kekhawatiran ekonomi layaknya protes-protes sebelumnya, gerakan tersebut pada dasarnya merupakan suatu gerakan anti-materialis yang menekankan pengorbanan diri demi hak pilih umum yang sesungguhnya.

Umbrella_Revolution_Admiralty_crowd
Hong Kong: the Admiralty protest site on the night of 10 October, 2014 (Photo: Wikimedia Commons]

Hong Kong memiliki tingkat ketidakadilan pendapatan yang tertinggi di antara negara-negara maju di dunia, dan yang mengkhawatirkan keadaan ini semakin memburuk. Sementara koefisien Gini, yang mengukur ketidakadilan, telah berada pada angka yang merisaukan sebesar 0.52 pada 1996, angka tersebut telah meningkat menjadi 0.54 pada 2011. Hal ini sebagian disebabkan karena sistem politik non-demokratis yang didominasi oleh bisnis yang mengizinkan kekuasaan berlebihan bagi para raja bisnis sementara mengesampingkan jumlah besar orang miskin. Serikat buruh sangat lemah dan tidak mampu untuk mencapai banyak hasil bagi para buruh anggota, yang takut apabila aksi perlawanan akan menyebabkan mereka kehilangan pekerjaan di tengah-tengah lingkungan yang sangat kompetitif. Banyak orang yang tinggal di lingkungan yang sangat padat, termasuk di apartemen seperti kandang yang sangat kecil hingga tidak memungkinkan untuk duduk tegak. Beberapa upaya terkini untuk mengatasi masalah tersebut seperti penerapan upah minimum dan penetapan garis kemiskinan resmi, hanya mengatasi sebagian kecil dari masalah tersebut. Ini disebabkan karena pada kenyataannya upaya-upaya ini sangatlah tidak cukup, sebagai contoh upah minimum sebesar HK$30 (Desember 2014) tidaklah cukup untuk membayar bahan makanan dan biaya perumahan.

Akan tetapi, terlepas dari ketidakadilan yang luar biasa, protes untuk demokrasi di Hong Kong tidaklah disetir oleh mereka yang terkena pengaruh paling buruk dan pada dasarnya tidaklah berkaitan dengan ketidakadilan ekonomi. Justru, tujuannya yang utama adalah mempertahankan level yang tinggi dari kebebasan sipil dan menciptakan institusi demokratis untuk melindunginya. Gerakan demokrasi sebagian besar berakar di kelompok berpendapatan menengah dengan tingkat pendidikan yang tinggi. Dengan demikian, gerakan tersebut dapat ditelusuri hingga ke politik kelompok penekan di tahun 1970-an, yang sebagian besar disetir oleh para profesional. Kekhawatiran sosial hanya mendapat perhatian setelah penyerahan kedaulatan di tahun 1997 semenjak penerapan perwakilan secara proporsional menyebabkan munculnya banyak partai baru. Dimaksudkan untuk melemahkan partai demokratis yang pernah berkuasa, hal ini menyebabkan banyak terjadi pembelahan mendalam di dalam kelompok pan-demokrasi, berkaitan dengan tujuan dan strategi mereka. Sejumlah partai pan-demokratis pada saat ini menuntut redistribusi ekonomi yang lebih banyak, yang telah meningkatkan kekhawatiran di antara para raja bisnis mengenai berbagai pengaruh balik dari demokrasi terhadap kepentingan mereka. Sebagai contoh, pada 20 Oktober 2014, Ketua Eksekutif, mantan pebisnis, menyatakan kekhawatirannya untuk mewakili ‘setengah dari masyarakat di Hong Kong dengan pendapatan kurang dari 1800 dolar Amerika per bulan.’ 2

Faktor-faktor mendasar yang menyetir gerakan tersebut oleh karena itu tidaklah berhubungan secara langsung dengan ketidakadilan, tetapi lebih dengan menurunnya mobilitas sosial dan memburuknya kualitas hidup, 3 yang paling mempengaruhi mereka yang tergolong di dalam kelas menengah. Pada tahun 2003, ketidakmampuan pemerintah untuk mengatasi masalah-masalah ini tertaut dengan ketakutan bahwa bahkan hak-hak sipil, yang merupakan nilai-nilai utama dari para penduduk Hong Kong, dapat dihilangkan. Hal tersebut dipicu oleh usulan pemerintah untuk menetapkan aturan keamanan di dalam Hukum Dasar ayat 23, yang mengancam untuk melemahkan kebebasan berbicara dan berkumpul. Sebagai konsekuensi, sekitar 500 ribu orang bergabung di dalam sebuah perkumpulan yang luar biasa besar yang melalui daerah-daerah utama dari pulau Hong Kong. Pemerintah pada akhirnya meniadakan aturan tersebut dan setelah satu tahun dan satu protes luar biasa besar lainnya, Tung Chee-hwa, Ketua Eksekutif, juga mengundurkan diri.

old_woman_garbage_bin
Hong Kong: An old woman collecting bottles from the garbage bin

Bagi banyak orang, protes di jalan menjadi satu-satunya saluran yang mungkin untuk mempengaruhi proses pembuatan keputusan politik. Setiap tahun, ada banyak protes besar dan kecil. Di samping pengumpulan massa luar biasa besar yang diselenggarakan setiap tahun pada 1 Juli, juga ada pengumpulan massa pada 1 Januari dan candlelight vigil (pengumpulan orang yang membawa lilin di ruang terbuka setelah mata hari terbenam) pada 4 Juni. Yang terakhir diselenggarakan tiap tahun untuk memperingati para korban pembunuhan massal Tiananmen pada tahun 1989. Sebagai tambahan dari peristiwa-peristiwa tahunan ini, banyak protes yang telah diorganisasi dengan lebih spontan seperti protes anti jalur kereta ekspres pada tahun 2009 atau protes anti pendidikan nasional pada tahun 2012. Kedua gerakan protes ini memberi sinyal tentang kembalinya penggiatme kaum muda, yang disetir oleh media sosial dan suatu kesadaran yang semakin tinggi tentang isu-isu sosial politik. Protes-protes ini juga mencerminkan suatu perkembangan identitas Hong Kong. Disetir oleh perbedaan-perbedaan budaya, ekonomi, dan politik yang mendalam, banyak warga Hong Kong melihat diri mereka asing dari Tiongkok daratan, sementara pada saat yang sama mereka mendapat dampak negatif oleh aliran masuk yang luar biasa dari para migran dan turis Tiongkok. Karena mereka telah berkontribusi terhadap kenaikan biaya hidup, mungkin tidaklah mengejutkan bahwa sejumlah warga Hong Kong mengejek mereka yang dari Tiongkok daratan sebagai ‘hama belalang’.

Gerakan payung baru-baru ini memiliki sejumlah kesamaan dengan protes pro-demokrasi sebelumnya. Para penggerak utama di balik panggilan untuk demokrasi yang sebenarnya berasal dari para siswa dan akademisi, yang dikecewakan oleh kemajuan reformasi politik yang sangat lamban, dan yang sangat dicemaskan berkaitan dengan masa depan dari kota tersebut. Sebagian besar mayoritas dari para peserta berasal dari kelompok masyarakat berpendapatan menengah dan bukan dari kelompok yang paling terkena dampak dari masalah-masalah sosial yang mendalam. Pada kenyataannya, sebuah aksi perlawanan buruh se-Hong Kong, yang diprakarsai oleh organisasi buruh pan-demokratis, tidak pernah terwujudkan. Kenyataannya adalah kebanyakan para buruh bergantung pada gaji mereka yang pas-pasan untuk bertahan hidup dan tidak berminat untuk mengambil resiko membahayakan keberlangsungan pekerjaan mereka. Ketidakadilan pendapatan dengan demikian merupakan sesuatu yang lebih dikhawatirkan oleh para akademisi. Yang lebih dekat dengan hati para penggiat adalah fakta bahwa kesempatan untuk mobilitas ke atas telah menjadi langka dan tingginya biaya perumahan membuat sangat sulit untuk menikmati kehidupan yang lebih baik dibanding generasi sebelumnya.

Gerakan tersebut juga berbeda pada satu aspek penting dibanding protes-protes sebelumnya. Ketimbang menitikberatkan kekhawatiran ekonomi, gerakan payung mengikhtisarkan penolakan terhadap materialisme dan budaya mengejar uang. Gerakan tersebut mencita-citakan tujuan yang lebih idealistis seperti pembentukan suatu komunitas demokratis yang sesungguhnya yaitu setiap orang saling percaya satu sama lain. Sejumlah peristiwa-peristiwa yang patut disebutkan menandai karakter tersebut dari gerakan ini. Sementara protes pro-demokratis tahunan setiap 1 Juli dimanfaatkan oleh banyak partai politik dan organisasi non-pemerintah untuk mengumpulkan dana, tidaklah demikian halnya dengan pendudukan selama 2 bulan tersebut. Tidak ada seorangpun yang menjual sesuatu dan orang-orang membagi-bagi stiker dan kartu pos secara cuma-Cuma.Bahkan, kemeja dan payung dijual dengan harga produksinya. Sebagai tambahan, dapat juga diperoleh air gratis, cemilan, atau sup hangat dari stasiun-stasiun suplai. Banyak penduduk Hong Kong, yang tidak berani untuk berpartisipasi, menyumbang secara material dalam jumlah besar kepada stasiun-stasiun suplai yang mendukungnya.

umbrellas_Hong_Kong
At protest sites, T-shirts and umbrellas were sold at production costs.

Satu perbedaan penting lainnya adalah fakta bahwa gerakan payung merupakan sebuah tempat yang menekankan seni dan kerajinan, yang secara umum dianggap rendah oleh masyarakat sosial berorientasi uang. Karena pemerintah telah memusatkan perhatian utama pada apa yang dianggapnya sebagai empat pilar kunci dari ekonomi (pelayanan keuangan, perdagangan dan logistik, pariwisata, juga produsen dan pelayanan profesional), industri manufaktur dan budaya telah diabaikan. Di lokasi protes yang utama, yang disebut dengan lapangan payung, para sukarelawan mendirikan sebuah pojok belajar yang dibuat sendiri juga sebuah jaringan dari jalan-jalan terusan untuk akses yang lebih mudah. Pita-pita berwarna kuning yang terbuat dari kulit diproduksi, dan kemeja-kemeja dicetak dengan logo bertema paying, dan banyak orang mengantri dalam barisan panjang untuk memperolehnya. Dan yang terakhir, ditampilkan seni instalasi dan gambar-gambar yang mengesankan dari semua macam jenis. Karya seni-karya seni ini berurusan dengan isu-isu mendalam, seperti masalah-masalah sosial, juga keharusan untuk tetap percaya pada suatu masa depan demokratis yang lebih baik.

Salah satu ciri kunci dari gerakan tersebut lebih jauh lagi adalah sifat edukasinya. Satu kelompok para profesor dan dosen menawarkan kuliah-kuliah gratis yang telah dimulai selama boikot para siswa di akhir September. Selama pendudukan tersebut, ‘kelas demokrasi’ berpindah ke jalan-jalan. Lebih dari 100 pembicaraan yang berbeda-beda tersebut pada dasarnya berfokus pada topik-topik yang berkaitan dengan gerakan tersebut, termasuk di dalamnya politik demokratis, kebebasan sipil, ketidakpatuhan sipil, juga pandangan yang komparatif. Aspek yang satu ini mendemonstrasikan upaya untuk menciptakan satu kelompok warga negara yang lebih kompleks, yang lebih menyadari hak-hak mereka dan mengapa hal-hal tersebut penting bagi pembangunan kota tersebut di masa depan.

Sementara sebagian besar dari kegiatan tersebut dikonsentrasikan pada tiga lokasi protes utama, juga ada suatu upaya untuk memperluas gerakan tersebut ke masyarakat yang lebih luas. Upaya yang paling nyata adalah penggunaan bendera raksasa berwarna kuning, yang ditempatkan di Lion Rock, sebuah gunung ikonik yang dapat dilihat dari hampir keseluruhan Kowloon. Ini, akan tetapi, tidak hanya merupakan sebuah upaya untuk meningkatkan visibilitas, tetapi juga merupakan satu upaya untuk menegaskan ulang makna inti dari identitas Hong Kong. Pada tahun 1970-an, gunung tersebut dianggap sinonim dengan ‘semangat harus bisa’ para warga Hong Kong dalam mengatasi kesulitan apapun untuk mendaki tangga sosial. Grup tersebut mengumumkan di video YouTube mereka bahwa “Kami pikir semangat dari Lion Rock bukan hanya tentang uang… orang-orang yang berjuang untuk hak pilih umum di seluruh Hong Kong telah menunjukkan ketetapan hati yang luar biasa di dalam pertempuran mereka melawan ketidakadilan dan ketetapan hati dalam menghadapi berbagai kesulitan. Ini adalah semangat Lion Rock yang sebenarnya.” 4 Dengan kata lain, para warga Hong Kong membidik lebih dari sekedar kesuksesan ekonomi untuk membangun suatu masyarakat demokratis yang menghargai tiap orang.

Lion_Rocks_Banner
A yellow banner which read “I want true universal suffrage” was hung on Lion Rock.
(Photo: Wikimedia Commons)

Contoh yang paling jelas dari kecondongan gerakan protes tersebut terhadap anti-materialis adalah bentuk protes yang paling baru, yang disebut dengan ‘Revolusi belanja’ yang telah menyetir ratusan orang untuk berpartisipasi dalam protes perlawanan damai tak terorganisir yang berlangsung hampir setiap malam. Gerakan tersebut muncul setelah pembersihan lokasi protes Mongkok. Di dalam distrik belanja yang kasap, para peserta protes bertemu di bioskop yang sama setiap malam sekitar jam 8 dan lalu melanjutkan tur ‘belanja’ mereka sepanjang jalan Sai Yeung Choi, yang merupakan sebuah jalan tempat berbelanja yang sangat sibuk. Termasuk di dalamnya menyanyikan slogan-slogan secara berulang-ulang, penggunaan bendera berwarna kuning yang menyerukan demokrasi, dan aksi berjalan lambat, melempar koin-koin dan memungutnya kembali. Bentuk protes ini muncul ketika CY Leung mengumumkan bahwa, setelah pembersihan lokasi protes, masyarakat harus kembali berbelanja, yang telah memicu ingatan pada liputan wawancara media atas seorang warga Tiongkok daratan yang mengatakan bahwa ia berada di Hong Kong untuk berbelanja, ketika protes anti-demokrasi tengah berlangsung. Para peserta protes lalu memutarbalikkan hal ini dan mengadakan aksi protes yang terlihat seperti berbelanja. Sebagai akibatnya, ratusan polisi disiagakan setiap malam di area tersebut.

Sebagai kesimpulan, perubahan rezim Hong Kong sebagian besar disetir oleh orang-orang dari kelompok berpendapatan menengah, yang khawatir tentang masa depan kota tersebut. Kekhawatiran ekonomi seperti biaya perumahan yang tinggi dan berbagai biaya hidup jelas memainkan peran yang penting, tetapi tidak sepenting nilai-nilai yang lebih idealistis seperti kebebasan pribadi dan hak-hak demokratis. Gerakan payung telah ditandai sebagai anti-materialis dan demokratis akar rumput karena banyak pesertanya mengejar sesuatu yang lebih berharga dibanding kekayaan keuangan. Pada saat yang sama, mayoritas warga Hong Kong masih terperangkap di dalam pekerjaan bergaji rendah dengan jam kerja yang luar biasa panjang, yang telah menciptakan rintangan utama guna dukungan dengan basis yang lebih luas. Dan bahkan seandainya mereka dapat dimobilisasi, proses demokrasi masih bergantung pada niat pemerintah Cina untuk memungkinkan reformasi yang dibutuhkan. Pada saat ini, sayang sekali hal ini sepertinya tidak mungkin.

Stephan Ortmann
Asisten Profesor Universitas Kota Hong Kong

Issue 17, Kyoto Review of Southeast Asia, March 2015

Notes:

  1. Komite tetap dari Kongres Nasional Rakyat memutuskan untuk menyetujui hanya dua sampai tiga kandidat pre-seleksi untuk mencalonkan diri sebagai Ketua Eksekutif.
  2. Ken Brown (2014) ‘ Hong Kong Leader Warns Poor Would Sway Vote,’ The Wall Street Journal, 20 Oktober, http://www.wsj.com/articles/HongKong-leader-sticks-to-election-position-ahead-of-talks-1413817975 (Diakses online: 17 Desember 2014). 
  3. Liyan Chan (2014) ‘ Beyond The Umbrella Movement: Hong Kong’s Struggle With Inequality In 8 Charts.’ Forbes, 8 Oktober, http://www.forbes.com/sites/liyanchen/2014/10/08/beyond-the-umbrella-revolution-HongKongs-struggle-with-inequality-in-8-charts/ (Diakses online: 17 Desember 2014).
  4. Isabella Steger (2014) ‘ Pro-Democracy Banner Occupies Hong Kong’s Iconic Lion Rock, Spawns Memes,’ The Wall Street Journal, 23 Oktober, http://blogs.wsj.com/chinarealtime/2014/10/23/pro-democracy-banner-occupies-HongKongs-iconic-lion-rock-spawns-memes/ (Diakses online: 17 Desember 2014)