Latar Belakang
Selama berabad-abad, migrasi dan pertukaran budaya telah menjadi batu magnet bagi peradaban dan masyarakat di Vietnam. Wilayah Vietnam menyaksikan pertukaran budaya yang ajek dari tiga arah—antara para migran utara dari kekaisaran Tiongkok utara dan warga setempat di Delta Sungai Mekong, antara suku-suku pegunungan di sebelah barat dan barat laut Delta Sungai Mekong, dan antara Delta Sungai Mekong dan Champa—kawasan di sebelah selatannya. 1 Warga Vietnam menerima kedatangan warga negeri Barat yang kemudian bersumbangsih bagi perkembangan ekonomi dan budaya Vietnam. Salah satu yang banyak dibicarakan adalah kedatangan Pastor Alexander Rhodes, yang menggunakan huruf Latin dari Portugal untuk menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Vietnam. Pada abad ke-20, bangsa Vietnam mulai menggunakan huruf Latin dan menyudahi penggunaan aksara tradisional bahasa Tionghoa dan aksara Nom (adaptasi yang menggabungkan aksara bahasa Tionghoa dengan pelafalan Vietnam). Ironisnya, demi keberlangsungan bangsa dan penguatan identitas melawan kolonialisme, bahasa asing justru memainkan peran yang sangat penting dalam pemerataan pendidikan dasar.
Doi Moi (reformasi) merupakan babak akhir bagi suatu ekonomi dan masyarakat yang bersendikan keamanan dan berbasis perang, dan sekaligus babak baru bagi suatu masyarakat yang terbuka untuk menjalin hubungan dengan dunia melalui berbagai kegiatan sosial dan ekonomi. Proses pertemuan, pembelajaran mengenai, dan penerimaan orang asing terjadi perlahan dan tidak merata. Seorang warga asing keturunan India, misalnya, melaporkan ia mengunjungi Dien Bien Phu pada 1993 (6 tahun setelah Doi Moi dimulai) dan terkejut lantaran mengetahui bahwa tidak ada orang setempat yang pernah melihat orang India, yang berkulit gelap, di wilayah tersebut. 2 Selama perang, sebagian besar warga asing dari negara-negara yang kurang bersahabat dilarang tinggal di Vietnam. Lantaran orang asing dianggap sebagai tamu dan warga Vietnam merasa perlu untuk menunjukkan keramahtamahannya, orang setempat menganggap para warga asing tersebut menginginkan layanan dan barang yang terbaik yang ada di Vietnam. Para warga asing itu harus tinggal di tempat khusus, diberi perhatian khusus, dan disediakan layanan dan barang terbaik yang tersedia. Sebelum ada toserba, warga asing di Hanoi harus membeli barang impor khusus (yang memerlukan lisensi) jika mereka menginginkan bahan makanan yang unik dari negara mereka. Vietnam adalah tempat yang sulit bagi orang asing.
Tiga dasawarsa kemudian, di akhir tahun 2010-an, peningkatan peran orang asing dalam perekonomian membawa penyesuaian yang diperlukan untuk menyambut kalangan mereka. Kini, warga asing di Vietnam tinggal di mana saja yang mereka inginkan, kecuali di wilayah minoritas tertentu di provinsi-provinsi yang dekat dengan perbatasan. Keahlian orang asing sangat dibutuhkan dalam ekonomi yang sedang berkembang, dan sikap terhadap orang asing, serta ketersediaan barang, jasa, dan lingkungan hidup bagi mereka juga telah meningkat.
Selama 40 tahun terakhir, Republik Sosialis Vietnam juga telah mengalami peningkatan imigrasi yang lumayan berkat pertumbuhan ekonomi dan hubungan interpersonal yang membaik, seperti hubungan bisnis, pertemanan, perkawinan antar-bangsa, dan pembentukan lingkungan yang ramah terhadap orang asing. Bentang perkotaan, perdesaan, serta sosial mengalami perubahan akibat kehadiran maupun kebutuhan warga asing.
Gagasan untuk Edisi khusus ini muncul dari kebutuhan untuk memahami bagaimana kehidupan orang asing di lingkungan masyarakat Vietnam. Pertanyaan yang lebih besar adalah tentang bagaimana lingkungan masyarakat Vietnam mewadahi orang asing? “Lingkungan” yang dimaksud meliputi pengaturan kondisi kehidupan dan ruang hidup (termasuk layanan kesehatan, pendidikan, rekreasi, layanan-layanan seperti perbankan, konsumsi), dan kemudahan beroperasi di Vietnam pada umumnya. Landasan utama fenomena material ini dapat dilihat dari sikap umum negara dan warga Vietnam terhadap orang asing.
Bukan-permulaan yang konseptual
Satu kekurangan mencolok dari rangkaian artikel di dalam Edisi khusus ini adalah tidak adanya istilah konseptual yang jelas, maupun dasar-dasar teoretis. Sebab memang tujuan dari Edisi khusus ini untuk menyediakan bahan etnografis dan antropologis sehingga kerja konseptual dan kerja lanjutan teoretis dapat memiliki landasan yang kuat. Oleh karena itu, tulisan ini tidak dimaksudkan untuk membahas konsep atau teori. Namun, artikel “Keluarga Multikultural Vietnam-Taiwan” karya Phan Thi Hong Xuan et al. menunjukkan bahwa pendekatan Akulturasi dan pendekatan Pilihan Rasional telah menjadi dasar penelitian mereka. Kami menganjurkan para pembaca untuk mendalami konsep-konsep tersebut melampaui apa yang termaktub dalam Edisi khusus ini.
Rentang pertanyaan yang lebih rendah
Namun demikian, beberapa pertanyaan menggerakkan kami. Secara khusus, kami mencari jawaban dari berbagai sisi atas pertanyaan berikut: Bagaimana kehidupan orang asing di Vietnam, dan bagaimana dampaknya terhadap masyarakat Vietnam? Dari sebuah pertemuan para peneliti yang tertarik dengan proyek ini dan sedang melakukan penelitian, kami mengidentifikasi urbanisasi dan imigrasi ke Vietnam sebagai dua perkembangan utama yang harus diperhatikan. Berikut adalah hasil perenungan editor atas karya para penulis dalam Edisi khusus ini.
Dampak sosial dari kehadiran warga asing di Vietnam
Masuknya orang asing di Vietnam masa kini membawa dampak sosial di berbagai segi. Artikel “Aspek Budaya dalam kehidupan di kawasan baru Phu My Huang ” karya Nhut menunjukkan manajemen negara berevolusi untuk memasukkan orang asing ke dalam kebijakan negara untuk memastikan orang asing diperkenalkan pada cara hidup orang Vietnam. Termasuk di antaranya memahami nilai-nilai bersama Vietnam (misalnya, melalui kegiatan upacara pengibaran bendera), atau mengundang warga asing ke sesi berbagi di tengah masyarakat. Pelibatan orang asing ini menunjukkan perhatian mendalam perihal bagaimana mereka dapat memberi pengaruh pada masyarakat lokal melalui berbagai cara—salah satu pokok perhatian adalah mengenai gagasan maupun tindakan orang asing yang mungkin dianggap merugikan keamanan negara; atau cara hidup yang perlu diintegrasikan dengan cara-cara lokal. Ini adalah bagian dari metode mobilisasi yang digunakan masyarakat sosialis untuk menyelaraskan berbagai elemen masyarakat, agar mereka dapat bersikap aktif untuk mendukung rezim melalui pemahaman dan keterlibatan mereka. Gagasan bahwa masyarakat yang kohesif memiliki lebih sedikit konflik sosial adalah ciri masyarakat yang menekankan persatuan dan negara yang otonom—negara yang kekuasaannya tidak ditantang oleh masyarakatnya—sebagaimana dapat ditemukan di beberapa negara seperti Korea Selatan (sampai 1980-an) dan di Singapura (bahkan sampai sekarang).
Artikel “Phu My Hung dan Tao Dien” karya Huang dan Thanh menunjukkan bahwa orang asing punya kebutuhan atas standar hidup yang lebih tinggi, dan mereka mampu membayar lebih mahal. Artikel mereka menunjukkan bahwa sejak akhir 1980-an, pemerintah Vietnam telah berencana memiliki kawasan perkotaan baru yang terpisah, yang terasa dan tampak berbeda dari daerah perkotaan di masa lalu. Kenyataannya, desain kota Phu My Hung belum pernah ada sebelumnya dan masih belum ditiru di tempat lain, bahkan 20 tahun kemudian dalam hal skala. Tata letak kota mewadahi kebutuhan untuk melengkapi pilihan warga asing dalam lingkup perkotaan—jalanan yang bersih dan lebar, perilaku yang teratur, cara hidup yang higienis dan terorganisir mulai dari pembuangan sampah hingga berjalannya sekolah dan pasar. Kasus Thao Dien yang dianalisis dalam artikel yang sama juga menunjukkan adanya toleransi warga asing terhadap cara hidup yang kurang teratur dibandingkan dengan yang ditemukan di Phu My Hung.
Datang bersama, Tinggal bersama
Pada 2022, Kota Ho Chi Minh mencatat 2.927 kasus pernikahan yang melibatkan warga negara asing (simak: artikel “Keluarga Multikultural Vietnam-Taiwan ” karya Phan Thi Hong Xuan et al.). Ini adalah perubahan yang penting dari masa sebelum Doi Moi, saat itu orang Vietnam masih sulit memperoleh paspor untuk bepergian, apalagi menikah dengan orang asing. Saat itu, hanya sedikit orang asing yang memiliki visa untuk mengunjungi atau tinggal di Vietnam. Pasangan yang diwawancarai dalam penelitian tersebut menemukan cinta mereka di lingkungan kerjanya di Vietnam. Bukan hal yang mudah untuk memperoleh penghasilan ganda di Taiwan, sementara biaya hidup lebih rendah di Vietnam serta kesempatan untuk menginvestasikan uang untuk mendapatkan keuntungan telah menarik para pasangan tersebut untuk menetap di Vietnam daripada pindah ke Taiwan, seperti yang sering terjadi di tahun-tahun awal Doi Moi. Adanya sekolah internasional bagi anak-anak mereka menjadi nilai tambah yang juga penting, begitu pula dengan tinggal di Vietnam maka pasangan Vietnam dapat berada dalam jangkauan keluarga mereka sendiri.
Artikel “Keluarga Multikultural Vietnam-Taiwan ” dan “Menetap di HCMC ” karya Phan Thi Hong Xuan et al membahas berbagai keputusan dalam keluarga untuk menunjukkan bagaimana keluarga tersebut merundingkan perbedaan budaya dan nilai-nilai yang dijunjung tinggi dalam keluarga mereka masing-masing. Campuran atau kombinasi bahasa (Inggris, Mandarin, Vietnam) dalam keluarga seperti itu sangat menarik, seperti ketika penelitian tersebut menggali pilihan bahasa yang mereka gunakan dalam berkomunikasi, tergantung pada situasi dan orangnya. Kedua artikel itu juga membahas masalah identitas budaya di kalangan para keturunan mereka.
Pengalaman orang asing
Edisi khusus ini tidak memuat tulisan yang didedikasikan secara menyeluruh mengenai pengalaman orang asing di Vietnam. Dari hasil pindaian internet terlihat bahwa Vietnam memiliki keuntungan yang pada umumnya dimiliki oleh negara-negara berkembang, seperti biaya hidup yang rendah dan relatif mudahnya orang asing untuk mendapatkan pekerjaan dengan cepat 3 dan adanya lingkungan yang menggunakan bahasa Inggris, meski secara terbatas.
Vietnam perlu bekerja keras untuk menjadi negara tujuan yang menarik bagi para migran dan ekspatriat. Internations (Expats Essential Index, Indeks Esensial Ekspatriat) melakukan survei rutin atas pandangan ekspatriat tentang negara tuan rumah mereka, dan pada 2023 Vietnam berada di peringkat ke-46 secara keseluruhan, dari 52 negara yang dinilai. Masalah umum yang dialami oleh orang asing termasuk ruwetnya birokrasi (red tape) mengenai visa, kurangnya pelayanan pemerintah yang berbasis digital (e-government), kesulitan dalam membuka rekening bank, polusi udara dan suara, perlunya lebih menghormati ruang publik dan ruang bersama, hukum dan ketertiban umum termasuk lalu lintas. Sulitnya belajar dan menguasai bahasa Vietnam juga sering menjadi alasan. Dalam survei lebih awal pada 2019, 60% ekspatriat melaporkan adanya gegar budaya. “Tiga penyebab utama dari gegar budaya yang diakui oleh para pengisi survei adalah kendala bahasa (29%); konflik antara persepsi dan kenyataan dalam hal lingkungan, budaya lokal, hubungan (27%); dan kurangnya pemahaman (18%).” 4 Beberapa juga melaporkan tentang tetangga yang mengganggu dan memiliki kebiasaan yang aneh.
Peter Spence, tutor IELTS asal Inggris, mengatakan, “Saya dan istri saya pindah ke Vietnam sekitar tiga tahun lalu, pertama ke Hanoi dan kemudian ke Saigon. Di Hanoi, yang paling mengejutkan kami adalah peraturan di jalan rayanya. Orang-orang mengabaikan rambu-rambu lalu lintas dan peraturan, mengemudi di trotoar, dan tidak peduli kepada pengguna jalan lain dan pejalan kaki.” 5 Ekspatriat lain mengatakan hal yang sama dan mencatat bahwa orang Vietnam tampaknya tidak dapat menerima kritik tentang hal-hal seperti itu. 6
Dalam beberapa dasawarsa terakhir, gambaran di kalangan orang asing di Vietnam juga tidak sepenuhnya buruk. Survei Internations yang sama mengatakan bahwa orang asing di Vietnam sangat puas akan keuangan mereka (peringkat pertama), dan mereka merasakan keramahan (peringkat ke-5) serta adanya keseimbangan kerja dan waktu luang yang memadai (peringkat ke-6). Sebanyak 85% dari pengisi survei menyatakan puas tinggal di Vietnam, sementara rata-rata global sebanyak 72%. 7 Jumlah orang asing yang tinggal di Vietnam akan meningkat sejauh aktivitas ekonomi terus berlanjut, tetapi belum jelas apakah persoalan yang mereka alami akan teratasi dalam waktu singkat.
Simpulan
Setelah Vietnam membuka diri, pengalaman orang asing di Vietnam di era modern secara umum menceritakan sebuah kisah adaptasi dan akulturasi yang dilakukan oleh orang Vietnam dan orang asing. Vietnam melangkah maju, mengubah kota-kota mereka untuk beradaptasi dengan cara hidup Barat, mengubah bentang kota, mendorong warganya untuk belajar bahasa asing, serta mengizinkan warganya untuk menikah dengan orang asing dan mendirikan sekolah-sekolah yang mengajarkan bahasa asing, mempertemukan orang-orang dari berbagai negara di kota-kota Vietnam dan membaham/memamah budaya mereka.
David Koh
David KOH saat ini adalah Dosen Senior di College of Arts & Sciences, VinUniversity. Pandangan (para) penulis adalah pandangan mereka sendiri dan tidak mewakili pandangan VinUniversity atau lembaga tempat para penulis edisi ini berasal.
Banner: Ho Chi Minh, Vietnam – December 6, 2022: People stand in line to cross the border control area into Vietnam in Tan Son Nhat international airport. Photo: Nelson Antoine, Shutterstock
Notes:
- Phung Hieu Corsi (2018) An Early History of the Vietnamese. Gale Researcher World History Series I, hlm. 2. ↩
- Percakapan saat makan malam dengan beberapa teman orang asing, 4 April 2024, di Hanoi, Vietnam. ↩
- Sean Nolan (2022) Why do so many foreigners decide to make Việt Nam their home? Viet Nam News 9 Juni 2022. https://vietnamnews.vn/life-style/expat-corner/1209251/why-do-so-many-foreigners-decide-to-make-viet-nam-their-home.html accessed 24 April 2024; Minh Nga (2023) Expats unhappy with Vietnam visa policy, survey affirms. VN Express 23 Maret 2023. https://e.vnexpress.net/news/news/expats-unhappy-with-vietnam-visa-policy-survey-affirms-4584623.html accessed 24 April 2024. ↩
- Thanh Danh, Minh Tam (2023) Vietnam expats overcome culture clashes with neighbors. VN Express 20 Agustus 2023. https://e.vnexpress.net/news/trend/vietnam-expats-overcome-culture-clashes-with-neighbors-4643130.html# kali terakhir diakses pada 27 April 2024. ↩
- Tuoi Tre News (2018) Expats discuss integrating into Vietnamese culture. 12 Februari 2018. https://tuoitrenews.vn/news/city-diary/20180212/expats-discuss-integrating-into-vietnamese-culture/44091.html kali terakhir diakses pada 7 April 2024. ↩
- Tuoi Tre News (2018) Expats discuss integrating into Vietnamese culture. 12 Februari 2018. https://tuoitrenews.vn/news/city-diary/20180212/expats-discuss-integrating-into-vietnamese-culture/44091.html kali terakhir diakses pada 7 April 2024. ↩
- https://www.internations.org/expat-insider/2023/vietnam-40382 kali terakhir diakses pada 5 April 2024. ↩